23 Makanan Khas Jogja dari yang Populer Sampai Ekstrem
Makanan khas Yogyakarta, dari yang paling populer hingga yang paling ekstrem dan menggoda selera
Liburan ke Jogjakarta? Belum
lengkap kalau belum berwisata kuliner dan nyobain makanan tradisional
khas Jogja. Cuma pernah mencicipi makanan khas Jogja yang paling
terkenal? Lengkapi dengan yang lebih ekstrem. Mau tahu, makanan apa saja
yang khas dari Jogjakarta, dari yang populer sampai yang paling
ekstrem?
PariwisataIndo.com punya daftar lengkap 23 makanan khas Jogja yang harus kamu coba semuanya. Cekidot!
-
Gudeg
Sudah
pasti semua orang kalau ditanya apa makanan khas Jogja yang pernah
dicoba, jawabannya seragam. Gudeg. Sebenarnya ada beberapa jenis gudeg,
gudeg basah, gudeg kering, dan gudeg ala Solo. Lho, katanya khas
Jogja tapi kok ala Solo ya? Hahaha. Gudeg ala Solo punya areh atau kuah
yang berwarna putih. Di Jogja, jarang sih yang jualan gudeg areh putih
ini, adanya ya di Solo.
Baca Juga: Tempat Makan Romantis di Jogja
Gudeg basah, tentunya ya basah alias
berkuah meski sedikit. Gudeg basah ini contohnya gudeg-gudeg yang dijual
oleh Yu Djum, Bu Ahmad Barek, Bu Tjitro dan sebagainya. Gudeg kering,
ya kering. Tanpa kuah. Gudeg kering sangat cocok dijadikan oleh-oleh,
karena tahan sampai beberapa hari. Sentra penjualan gudeg kering di
kampung Wijilan.
-
Oseng-oseng Mercon
Buat
kamu para penyuka masakan pedas, coba tantangan masakan Oseng-oseng
Mercon khas Jogja, yang warungnya bisa kamu temui di penggalan Jalan KH
Ahmad Dahlan ini. Oseng-oseng ini adalah masakan daging sapi dan lemak,
yang dicampur dengan cabai hingga pedasnya luar biasa. Siapkan air minum
yang banyak ya, kalau kamu mau coba menu kuliner khas satu ini.
-
Bakmi Jawa
Memasak
mi memang bisa dengan banyak cara. Tapi rasa yang ada di bakmi Jawa
memang sangat khas, yang konon dihasilkan dari cara memasaknya yang
menggunakan anglo, atau kompor tanah liat. Warung bakmi Jawa yang sangat
terkenal di Jogjakarta ada banyak, misalnya saja Bakmi Kadin, Bakmi
Harjo Geno, Mbah Mo, Mbah Hadi, Bakmi Pele dan lain sebagainya.
-
Bakpia
Camilan
tradisional khas paling populer di Jogja adalah bakpia. Dulu, bakpia
hanya berisi kacang ijo yang dihaluskan. Sekarang, ada banyak varian
rasa bakpia, ada cokelat, keju, durian, stroberi dan sebagainya. Sentra
pembuatan bakpia ada di Pathuk, sebelah barat Malioboro (sekitar 10
menit naik becak). Tapi penjualannya sih ada di banyak tempat. Bakpia
juga awet, cocok kalau mau dibawa sebagai oleh-oleh.
-
Geplak
Geplak,
yang merupakan makanan tradisional khas Bantul ini, terbuat dari
parutan kelapa, yang dicampur dengan gula aren lalu dibentuk
bulat-bulat, rasanya sangat manis. Dulu geplak hanya diproduksi satu
warna satu rasa, sekarang sudah berkembang berbagai varian rasa. Ada
geplak cokelat, durian, stroberi dan lain-lain. Warga Bantul dulu
mengolah kelapa dan gula menjadi geplak, dan menjadikannya sebagai
makanan sehari-hari saat masa paceklik.
-
Peyek tumpuk
Masih
dari Bantul, kamu musti coba juga peyek tumpuk. Peyek ini sebenarnya
rempeyek kacang seperti yang biasa banyak dijumpai dan kita makan. Hanya
saja alih-alih berbentuk bundar dan pipih, peyek tumpuk kacangnya
numpuk-numpuk hingga sekepalan tangan orang dewasa. Peyek tumpuk pertama
kali diproduksi oleh Mbok Tumpuk, tapi sekarang peyek tumpuk bisa kamu
jumpai di mana saja di daerah Bantul.
-
Ampyang
Ampyang
merupakan camilan khas Jawa yang terdiri atas kacang yang dicampur
dengan gula jawa atau gula kelapa. Paling cocok nih dimakan di sore hari
yang gerimis, sambil menyeruput teh jahe panas. Wahhh!
-
Sate klatak
Satenya
sih dari daging kambing biasa. Yang unik, daging-daging ini ditusuk
dengan jeruji roda sepeda. Bumbunya juga nggak aneh-aneh, hanya garam
saja. Sate klatak pertama ada di warung Mbah Ambyah, Jejeran Pleret
Bantul. Namun, sekarang kamu bisa menemui banyak warung sate klatak di
mana-mana.
-
Sate Karang
Di
daerah lapangan Karang Kotagede, ada warung sate yang terkenal dengan
hidangan sate Karang-nya. Satenya khas, karena disuguhkan dengan lontong
dan irisan tempe berkuah. Hidangan ini tak bisa ditemukan di lain
tempat, jadi pastikan kamu cobain ya. Pasti akan nagih lagi.
-
Yangko
Ini
dia kue moci-nya Jogjakarta. Terbuat dari tepung beras, agak lengket
kalau dikunyah dan ditaburi tepung dibungkus kertas minyak warna-warni.
Rasanya persis kue moci, tapi sekarang juga bertambah varian rasanya
seperti halnya bakpia dan geplak.
-
Kipo
Kipo
merupakan makanan khas Jogja, tepatnya dari Kotagede. Kamu bisa
mendapatkannya di pasar tradisional di Kotagede. Bahan dasar kipo adalah
tepung ketan, isinya parutan kelapa yang dicampur dengan gula kelapa.
Warna hijaunya didapat dari daun suji. Rasanya legit-legit gurih.
-
Getuk
Di
daerah Magelang, ada getuk yang sangat terkenal yaitu getuk Trio. Kamu
barangkali juga pernah nyobain getuk lindri, yang bentuknya terdiri atas
singkong yang dihaluskan dan digiling. Nah, barangkali kamu belum
pernah nyoba makan getuk yang paling tradisional ini. Getuk tradisional
yang dijual di pasar-pasar tradisional dalam tampah yang besar,
diiris-iris lalu ditaburi parutan kelapa. Sensasi rasa gurih dan
manisnya sempurna banget.
-
Gatot
Gatot
yang ini bukanlah nama orang, tapi nama makanan tradisional. Seperti
getuk, gatot juga terbuat dari singkong, lebih tepatnya dari gaplek
(singkong yang dikeringkan). Warnanya kehitaman dan lengket di tangan,
hingga mungkin bagi beberapa orang, kenampakan gatot memang tidak
menarik. Tapi, tunggu dulu. Coba dulu dimakan sambil dicocolkan ke
parutan kelapa. Wuah! Enak banget! Antara manis dan gurih, berpadu
dengan seimbang.
-
Thiwul
Thiwul,
hampir sama seperti getuk tradisional, juga terbuat dari singkong cuma
berbeda sedikit di proses memasaknya. Dulu penduduk Gunung Kidul
mengolah singkong menjadi thiwul pada masa penjajahan Belanda untuk
mengganti beras. Thiwul juga bisa ditemukan di berbagai pasar
tradisional di Jogjakarta.
-
Cenil
Cenil,
juga terbuat dari singkong yang dihaluskan. Wah, ternyata banyak ya,
makanan yang terbuat dari singkong yang khas dari Jogja? Cenil ini lebih
menarik, karena biasanya diberi warna yang meriah dengan pewarna
makanan; merah, oranye, hijau, dan di atasnya ditaburi kelapa. Sangat
menggugah selera, apalagi kalau sudah dimakan.
-
Jadah tempe
Makanan
khas Jogja asal Kaliurang ini sering disebut sebagai sandwich ndeso.
Cara makannya, tempe bacemnya ditaruh di antara dua jadah, lalu dimakan
seperti makan sandwich. Jangan lupa cabainya untuk menemani rasa manis
dari tempe bacem. Rasanya? Yummy! Jadah tempe paling terkenal adalah
jadah tempe dari warung Mbah Carik di Kaliurang. Tapi sebenarnya, jadah
tempe dari warung yang lain pun tak kalah enaknya.
-
Sego pecel
Sego
pecel, atau nasi pecel, merupakan menu khas Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Terdiri atas bayam, kangkung, tauge, kacang panjang, lalu disiram
dengan bumbu kacang seperti gado-gado. Warung nasi pecel paling terkenal
di Jogja adalah warung Bu Wiryo, yang ada di kawasan UGM.
-
Geblek
Dari
Kulon Progo, ada camilan tradisional khas bernama geblek. Terbuat dari
tepung tapioka yang dibumbui garam dan bawang putih. Adonan tapioka
dikukus, diberi bumbu, lalu dibentuk angka 8. Paling enak makan geblek
dengan saus atau dengan tempe benguk bacem.
-
Belalang goreng
Gunung
Kidul sungguh kaya dengan berbagai makanan alternatif, dari mulai yang
populer dari singkong seperti getuk, thiwul, gatot di atas, tapi juga
yang satu ini, belalang goreng. Dulu Gunung Kidul sering diserang oleh
hama belalang. Ribuan belalang menyerbu ladang penduduk, hingga
menyebabkan banyak tanaman mati. Saat mulai dibasmi, banyak belalang
yang mati yang dikumpulkan dan kemudian coba diolah oleh penduduk
setempat.
Ternyata rasanya cukup sedap, seperti
udang goreng. Di sepanjang jalan raya Gunung Kidul, kamu akan banyak
menemukan para penjual belalang, baik yang masih mentah siap goreng,
maupun yang sudah digoreng dan siap disantap.
-
Kepompong ulat goreng
Lagi-lagi
Gunung Kidul menawarkan hidangan ekstrem bagi para wisatawan kuliner
yang ingin mencoba berbagai makanan khas Jogja. Kepompong ulat yang
digoreng ini adalah kepompong ulat pohon jati. Bentuknya memang
besar-besar, dan banyak dijumpai pada saat musim hujan.
-
Ular kobra – Makanan khas Jogja Paling Ekstrem
Pada
awalnya ular kobra dimasak sebagai obat kanker, terutama empedu dan
sumsumnya. Namun kini, ular kobra bisa dinikmati bukan hanya untuk obat,
tapi bisa dimakan oleh siapa saja yang menginginkannya. Salah satu
warung yang menjual berbagai hidangan ular kobra adalah warung Kobra
Imperial Kitchen yang ada di Jl. Lempuyangan. Berbagai menu ular kobra
ditawarkan, dari sup ular kobra, sate ular kobra, tom yam hingga
hamburger ular kobra.
-
Codot goreng
Di
Pura Pakualaman, ada warung sederhana yang menyajikan berbagai hidangan
menu ekstrem. Di antaranya adalah hidangan yang berbahan tokek, luwak
(musang), bajing (tupai), kelelawar dan beberapa hewan lain. Yang
menjadi andalan dari warung ini adalah codot (kelelawar) goreng.
Disajikan lengkap dengan lalapan, sambal, dan nasi, menu codot goreng
ini sangat laris.
Tak hanya digoreng, tapi codot juga bisa
dimasak dengan cara dibakar ataupun dirica-rica. Harganya pun sangat
bersahabat, sepiring nasi codot goreng hanya dibanderol sekitar Rp
10.000, sedangkan nasi dengan bajing goreng harganya Rp 15.000.
-
Sate kuda
Sate sapi? Sate ayam? Sate kambing? Sudah coba semua? Sekarang saatnya kamu coba sate kuda.
Daging kuda dipercaya mampu menyembuhkan
berbagai penyakit, seperti reumatik, asma, dan mampu meningkatkan
gairah para pria. Penjual sate kuda di Jogjakarta cukup banyak, di
antaranya di Jl. Kranggan, di kawasan Pojok Beteng Wetan, di Jalan
Jendral Sudirman, hingga Jalan Parangtritis. Daging kuda biasanya
diperoleh dari tempat pemotongan kuda di daerah Pleret Bantul.